Ivan Pavlov (1849 – 1936)
Eksperimen Pavlov
Jenis belajar ini mulai dikembangkan oleh Ivan Pavlov, seorang Psikolog dari Rusia di awal abad 20.
Lahir 14 September 1849 di Ryazan, anak seorang Pendeta bernama Peter
Dmitrievich Pavlov dan meninggal pada tanggal
27 February 1936 di Leningrad. Pavlov pernah mendapat hadiah Nobel untuk
penelitiannya mengenai digestion – learning, pada tahun
1904. Di dalam mengembangkan
percobaannya, Pavlov melakukan experimen
dengan menggunakan anjing. Penelitian Pavlov dalam Digestion melihat
bahwa dalam kaitannya dengan proses belajar, Pavlov melihat ada pembentukan
asosiasi, dimana ini yang disebut dengan belajar asosiatif. Dalam eksperimennya Pavlov pertama kali
menghubungkan sebuah selang ke kelenjar air liur untuk mengukur aliran saliva. Anjing ditempatkan di hadapan sebuah
tempat makan dimana makanan dapat diberikan
secara otomatis. Seorang peneliti melakukannya dengan menyalakan lampu di
jendela di hadapan anjing, setelah beberapa detik, sedikit makanan diberikan ke
tempat makanan, dan cahaya dimatikan. Anjing sedang lapar, dan alat rekam
mencatat salivasi yang banyak. Salivasi ini merupakan respon yang tak
dikondisikan (unconditioned response), karena tidak ada proses belajar
yang terlibat. Begitu pula makanan merupakan stimulus tak dikondisikan (unconditioned
stimulus). Prosedur ini diulang hingga beberapa kali. Untuk menguji apakah anjing telah belajar
mengasosiasikan cahaya dengan makanan. Jika anjing mengalami salivasi, maka ia
telah mempelajari asosiasi. Salivasi ini merupakan respon yang dikondisikan (conditioned
response), sedangkan cahaya merupakan stimulus yang dikondisikan (conditioned
stimulus). Anjing telah diajarkan atau dikondisikan untuk mengasosiasikan
cahaya dengan makanan dan berespon terhadapnya dengan mengeluarkan saliva.
Prosedur Classical Conditioning
Operant Conditioning
Jenis belajar Operant Conditioning dimulai dengan
penelitian yang dilakukan E. L. Thorndike (1898) yang banyak dipengaruhi oleh
teori evolusi Darwin yang berusaha membuktikan proses pembelajaran pada hewan
dapat diterapkan pada manusia. Sebagai
contoh, percobaan yang dilakukan pada kucing yang kelaparan yang ditempatkan
pada kandang dengan pegangan pintu yang sederhana dan sepotong ikan yang
diletakkan di luar kandang. Pada awalnya kucing tersebut mencoba untuk
menjangkau ikan tersebut dengan cara menjulurkan cakarnya melewati sela-sela
kandang. Saat gagal, kucing tersebut mencoba membuka pintu kandang dengan
segala cara. Salah satu caranya dengan tidak sengaja memukul pegangan pintu
tersebut yang mengakibatkan pintu terbuka dan membuat kucing tersebut bebas
sehingga dapat memakan ikan tersebut. Setelah dilakukan beberapa kali percobaan
kucing tersebut mulai mengerti untuk membuka pegangan pintu tersebut untuk
mendapatkan makanan yang ditempatkan di luar kandang.
Pada proses ini kucing terlibat dalam perilaku trial and error,
yang mana terjadi proses pendapatan hadiah
terhadap suatu perilaku. E. L. Thorndike (1898) menyebut hal ini sebagai hukum
efek (Law of Effect). Dari percobaannya terhadap kucing,
Thorndike menyatakan bahwa penguatan terhadap suatu tingkah laku sebagai akibat
dari adanya reward yang langsung mengikuti tingkah laku tersebut. The
Law of Effect menyeleksi
respon-respon dari sejumlah respon yang diikuti oleh hasil yang positif.
Kaitan antara prinsip
belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning dengan Perolehan bahasa
terhadap anak.
1. Klasikal conditioning (pengkondisian klasik) pada prinsipnya ditandai adanya stimulus dari luar. Sehingga ada kaitannya dengan pemerolehan bahasa terhadap anak dimana pemerolehan bahasa terhadap anak adalah suatu proses yang dipergunakan oleh kanak-kanak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis yang semakin bertambah rumit, ataupun teori-teori yang masih terpendam atau tersembunyi yang mungkin sekali terjadi. Dalam hal ini si anak sangat membutuhkan rangsangan dari luar untuk menemukan teori-teori terpendam tersebut dengan cara mendengar kata atau bahasa orangtua maupun yang didengar dari orang lain. Semakin banyak ia mendengar kata-kata maka semakin mampu pula ia menyusun atau membangun suatu tata bahasa yang baru.
Misalnya : ketika si ibu berkata
“minum susu ya nak!” dengan membawa dot berisi susu lalu memberinya. Dengan
begitu maka si anak akan mengerti jika si ibu membawa dot tanpa berkata, si
anak sudah paham bahwa ia akan minum susu. Begitu juga dengan belajar bahasa,
ketika si ibu memegang benda dengan menyebut nama benda tersebut sehingga si
anak tahu.
2. Operan conditioning (pengkondisian operan) prinsipnya ditandai
adanya penguatan (reinforcement), penguatan dalam bentuk reward (hadiah)
& punishment (hukuman). Hal ini juga cocok diterapkan pada pemerolehan
bahasa si anak yaitu dengan cara memberi hadiah jika ia berprestasi (dalam arti kata berbahasa yang
baik) dan memberi hukuman jika ia melakukan kesalahan.
Misalnya : puji si anak ketika ia
mampu mengucapkan kata ataupun kalimat dengan baik sehingga ia akan semakin
terdorong untuk belajar berbahasa yang baik ataupun menggunakan kalimat yang
baik. Dan beri teguran yang membangun ketika ia melakukan kesalahan dalam
berbahasa. Mungkin si anak tidak tahu apa arti yang diucapkannya itu melainkan
ia hanya mengikuti kata-kata orang yang didengarnya dari orang lain ( kata-kata
yang menghina, kata yang tidak pantas diucapkan) sehingga si anak tahu bahwa
kata-kata itu tidak baik diucapkan dan ia semakin mengerti menyaring kata-kata
yang ia peroleh dari orang tua maupun dari lingkungan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar