Indonesia kaya dengan karya sastra. mulai dari Periode Pujangga lama sampai angkatan 2000-an. nah untuk tahu lebih lanjut, saya paparkan semuanya dibawah ini.
1.
PUJANGGA LAMA
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasikan karya sastra
Indonesia yang dihasilkan sebelum abad ke-20, pada masa ini karya sastra
didominasi oleh syair, pantun, gurindam, dan hikayat. Di Nusantara budaya
melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi sebagian besar negara
pantai Sumatra dan semenanjung malaya. Di Sumatra bagian utara muncul
karya-kaya penting berbahasa melayu terutama karya-karya keagamaan.
Hamzah Pansuri adalah yang pertama diantara penulis angkatan
pujangga lama dari istana kesultanan Aceh pada abad ke-17 muncul karya klasik
selanjutnya yang paling terkenal adalah karya Syamsudin Pasai dan Abdul
Rauf Singkir serta Nuruddin Arraniri.
·
Karya sastra pujangga lama
1.
Hikayat
-
Hikayat Abdullah - Hikayat Kalia dan Damina
-
Hikayat Aceh - Hikayat masyidullah
-
Hikayat Amir
Hamzah - Hikayat Pandawa jaya
-
Hikayat Andaken
Panurat - Hikayat Panda Tonderan
-
Hikayat Bayan Budiman -
Hikayat Putri Djohar Munikam
-
Hikayat Hang Tuah - Hikayat Sri Rama
-
Hikayat Iskandar
Zulkarnaen - Hikayat Jendera Hasan
-
Hikayat Kadirun -
Tasibul Hikaya
2.
Syair
-
Syair Bidasari
-
Syair Ken Tambuhan
-
Syair Raja Mambang
Jauhari
-
Syair Raja Siam
3.
Kitab Agama
-
Syarab Al Asyidiqin
(minuman para pecinta) oleh Hamzah Panzuri
-
Asrar Al-arifin
(rahasia-rahasia gnostik) oleh Hamzah Panzuri
-
Nur ad-duqa’iq (cahaya
pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsudin Pasai.
-
Bustan as-salatin
(taman raja-raja) oleh Nuruddin Ar-Raniri.
2.
SASTRA MELAYU LAMA
Karya satra yang dihasilkan antara tahun 1870-1942 yang
berkembang dilingkungan masyarakat sumatra seperti “Langkat, Tapanuli,
Minangkabau dan Sumatra lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair,
hikayat, dan terjemahan novel barat.
·
Karya Sastra Melayu Lama
-
Robinson Crousoe
(terjemahan)
-
Lawan-lawan Merah
-
Mengelilingi Bumi
Dalam 80 Hari (terjemahan)
-
Grauf de Monte Cristo
(terjemahan)
-
Rocambole (terjemahan)
-
Nyui Dasima oleh G.
Prancis (indo)
-
Bung Rampai oleh A.F.
Bewali
-
Kisah Perjanan Nahkoda
Bontekoe
-
Kisah Pelayaran ke
Pulau Kalimantan
-
Cerita Siti Aisyah
oleh H.F.R. Komer (indo)
-
Cerita Nyonya Kong
Hong Nio
-
Nona Leonie
-
Warna Sari Melayu oleh
Kat. S.J
-
Cerita Si Conat oleh
F.D.J
3.
ANGKATAN BALAI PUSTAKA
Angkatan Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang
terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit “Bali Pustaka”. Prosa
(roman, novel,cerpen, dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, hikayat, dan kazhanah sastra di
Indonesia pada masa ini
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh
buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan sastra melayu rendah yang
tidak menyoroti pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar).
Balai Pustaka menerbitkan karya dalam 3 bahasa yaitu bahasa Melayu tinggi,
bahasa Jawa, dan bahasa Sunda, dan dalam jumlah yang terbatas dalam bahasa
Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
“Nur Sultan Iskandar”
dapat disebut sebagai “raja angkatan balai pustaka” karna karya-karya tulisnya
pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapat
dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah novel Sumatera dengan Minangkabau sebagai
titik pusatnya.
Pada masa ini novel “Siti Nurbaya, dan Salah Asuhan” menjadi
karya cukup penting, keduanya mengkritik adat-istiadat dan tradisi kolot yang
membelenggu.
·
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
1.
Merari Siregar
-
Azab dan Sengsara
(1920)
-
Binasa Karna Gadis
Priangan (1931)
-
Cinta dan Hawa Nafsu
2.
Marah Roesli
-
Siti Nurbaya (1922)
-
Laihami (1924)
-
Anak dan Kemanakan
(1956)
3.
Muhammad Yamin
-
Tanah Air (1922)
-
Indonesia Tumpah
Darahku (1928)
-
Kalau Dewi Tara Sudah
Berkata
-
Ken Arok dan Ken Dedes
(1934)
4.
Nur Sultan Iskandar
-
Apa Dayaku Karna Aku
Seorang Perempuan (1923)
-
Cinta Yang Membawa
Maut (1926)
-
Salah Pilih (1928)
-
Tuba Dibalas Dengan
Susu (1933)
-
Hulubalung Raja (1934)
-
Katak Hendak Menjadi
Lembu.
5.
Lulis Sutan Suti
-
Tak Disangka (1923)
-
Sengsara Membawa
Nikmat (1928)
-
Tak Membalas Guna
(1932)
-
Memutuskan Pertalian
(1932)
6.
Djamaluddin Adinegoro
-
Dara Muda (1927)
-
Asmara Jaya (1928)
-
Abas Soetan Pamoentjak
-
Pertemuan (1927)
7.
Abdul Muis
-
Salah Asuhan (1928)
-
Pertemuan Jodoh (1933)
8.
Aman Datuk Madjoindo
-
Menebus Dosa (1932)
-
Sicebol Merindukan
Bulan (1934)
-
Sampaikan Salamku
Kepadanya (1935)
4.
PUJANGGA BARU
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang
dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut,
terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik, dan
elistik.
Pada masa itu, terbit pula majalah pujangga baru yang dipimpin
oleh Sutan Takdir Alisyahbana,
beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra Indonesia
setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisjahbana. Karyanya layar
terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus
sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang,
pada periode ini novel Tengelamnya Kapal
Vander Wijck dan Kalau Tak Untung
menjadi karya penting sebelum perang.
Pada masa ini dua kelompok sastrawan Pujangga Baru yaitu :
1.
Kelompok “Seni Untuk
Seni” yang dimotori oleh Sanusi Pane
dan Tengku Amir Hamzah.
2.
Kelompok “Seni Untuk
Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan
Rustam Effendi.
·
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
1.
Sutan Takdir Alisjabana
-
Dian Tak Kunjung Padam
(1932)
-
Tebaran Mega- kumpulan
sajak (1935)
-
Layar Terkembang
(1936)
-
Anak Perawan di Sarang
Penyuman (1940)
2.
Hamka
-
Di Bawah Lindungan
Ka’bah (1938)
-
Tenggelamnya Kapal Van
Der Wijck (1939)
-
Tuan direktur (1950)
-
Di Dalam Lembah
Kehidupan (1940)
3.
Armijn Pane
-
Jiwa Berjiwa Gamelan
Djiwa- kumpulan sajak (1960)
-
Djinak-djinak Merpati-
sandiwara (1950)
-
Kisah Antara Manusia
(1953)
4.
Sanusi Pane
-
Pancaran Cinta (1926)
-
Puspa mega (1927)
-
Sandhykala Ning
Majapahit (1933)
-
Kertajaya (1932)
5.
Tengku Amir Hamzah
-
Nyanyi Sunyi (1937)
-
Begawat Gita (1933)
-
Setanggi Timur (1939)
5.
ANGKATAN 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah
mewarnai karya sastrawan Angkatan “45. Karya sastra angkatan ini lebih
realistik dibanding karya Angkatan Pujangga Baru yang romantik-idealistik.
Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan “45 memiliki konsep yang diberi
judul “Surat Kepercayaan Gelanggang” konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan
angkatan “45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
Selain Tiga Menguak Takdir dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis dianggap sebagai karya
pembaharuan prosa Indonesia.
·
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1945
1.
Chairil Anwar
-
Kerikil Tajam (1949)
-
Deru Campur Debu
(1949)
2.
Asrul Sani, bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
-
Tiga Menguak Takdir
(1950)
3.
Idrus
-
Dari Ave Maria ke
Djalan Lain ke Roma (1948)
-
Aki (1949)
-
Perempuan Dan Kebangsaan
4.
Achdiat K. Mihardja
-
Atheis (1949)
5.
Trisno Sumardjo
-
Katahati dan Perbuatan
(1952)
6.
Utuy Tatang Sontani
-
Suling (drama) (1948)
-
Tambera (1949)
-
Awal dan Mira – drama
satu babak (1962)
7.
Suman Hs
-
Kasih ta’ Terlarai
(1961)
-
Mentjari Pentjuri Anak
Perawan (1957)
-
Pertjobaan Setia
(1940)
6.
ANGKATAN 1950-1960-an
Angkatan ’50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah Asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan
ini adalah karya sastra yang didominasi oleh cerita pendek dan kompulan puisi.
Majalah tersebut bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah
sastra lainnya, Sastra.
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan,
yang bergabung dalam Lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra) yang berkonsep sastra
Realisme-Sosialis. Timbulnya perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di
kalangan sastrawan Indonesia pada awal tahun 1960, menyebabkan mandegnya perkembangan
sastra karna masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan
pecahnya G30S di Indonesia.
·
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1950 – 1960-an
1.
Pramoedya Ananta Toer
-
Keranji dan Bekasi
Jatuh (1947)
-
Bukan Pasar Malam
(1951)
-
Di Tepi Kali Bekasi
(1951)
-
Keluarga Gerilya
(1951)
-
Mereka Yang
Dilumpuhkan (1951)
-
Cerita Dari Blora
(1952)
-
Gadis Pantai (1965)
2.
Nh. Dini
-
Dunia Dunia (1950)
-
Hati Jang Damai (1960)
3.
Sitor Situmorang
-
Dalam Sadjak (1950)
-
Djalan Mutiara:
kumpulan tiga sandiwara (1954)
-
Pertempuran dan Saldju
di Paris (1956)
-
Surat Kertas Hidjau:
kumpulan sadjak (1953)
-
Wadjah Tak Bernama:
kumpulan sadjak (1955)
4.
Muchtar Lubis
-
Tak Ada Esok (1950)
-
Jalan Tak Ada Ujung
(1952)
-
Tanah Gersang (1964)
-
Si Djamal (1964)
5.
Marius Ramis Dayoh
-
Putra Budiman (1951)
-
Pahlawan Minahasa
(1957)
6.
Ajip Rosidi
-
Tahun-tahun Kematian
(1955)
-
Di Tengah Keluarga
(1956)
-
Sebuah Rumah Untuk
Hari Tua (1957)
-
Cari Muatan (1959)
-
Pertemuan Kembali
(1961)
7.
Ali Akbar Navis
-
Robohnya Surau Kami- 8
cerita pendek pilihan (1955)
-
Bianglala- kumpulan
cerita pendek (1963)
-
Hujan Panas (1964)
-
Kemarau (1967)
7.
ANGKATAN 1966 –
1970-an
Angkatan ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra)
pimpinan Muchtar Lubis. Semangat
avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada
angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya
sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbitan
Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada
masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah Montiggo Busye, Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rusanto, Goenawan Mohamad, dan Satyagraha
Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia H.B. Jassin.
Beberapa sastrawan pada angkatan ini antara lain : Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin
C.Noer, Darmanto Jatman, Arif Budiman, Goenawan Muhamad, Budi Darma, Hamsat
Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, DLL.
·
Penulis Dan Karya Sastra Angkatan 1966
1.
Taufik Ismail
-
Malu (Aku) Jadi Orang
Indonesia
-
Tirani dan Benteng
-
Buku Tamu Musim
Perjuangan
-
Sajak Ladang Jagung
-
Kenalkan
-
Saya Hewan
-
Puisi-puisi Langit
2.
Sutardji Calzom Bachri
-
O
-
Amuk
-
Kapak
3.
Abdul Hadi WM
-
Meditasi (1976)
-
Potret Panjung
Pengunjung Pantai Sanur (1975)
-
Tergantung Pada Angin
(1977)
4.
Supardi Djoko Damono
-
Dukamu Abadi (1969)
-
Mata Pisau (1974)
5.
Goenawan Muhamad
-
Perikesit (1969)
-
Interlude (1971)
-
Potret Seorang Penyair
Muda Sebagai Simalin Kundang (1972)
-
Seks, Sastra, dan Kita
(180)
6.
Umar Kayam
-
Seribu Kunang-kunang
di Manhattan
-
Sri Sumara dan Bawuk
-
Lebaran Di Karet
-
Pada Suatu Saat di
Bandar Sangging
-
Kelir Tanpa Batas
-
Para Priyayi
-
Jalan Manikung
7.
Danarto
-
Godlob
-
Adam Makrifat
-
Berhala
8.
Nasjah Djamin
-
Hilanglah Si Anak
Hilang (1963)
-
Gairah Untuk Hidup dan
Mati (1968)
9.
Putu Wijaya
-
Bila Malam Bertambah
Malam (1971)
-
Telegram (1973) - Pabrik
-
Stasiun (1977) - Gres dan Bom
8.
ANGKATAN 1980 –
1990-an
Karya sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980,
ditandai dengan banyaknya roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang
menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan
penerbitan umum.
Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an
antara lain adalah : Rami
Sylado,Yudistria Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Aji Darma, Pipiet
Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby,
Tarman Efendi Tarsyad, Noor Aini Cahaya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati
Dini) adalah sastrawan
wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa
karyanya antara lain: Pada Sebuah Kapal,
Namaku Huriko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel
yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari budaya barat, dimana tokoh utama
biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur.
Mira W dan Marga
T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan fiksi romantis
yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya tokoh utama pada novel mereka
adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih
dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan
untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-kaya pada era 1980-an
biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh
sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang
dipelopori oleh Hilman Hariwijaya
dengan serial Lupusnya. Justru dari
kemasan yang ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian
tertarik membaca karya-karya yang lebih dan berat.
Ada nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis
Wanita yang dikomandoi Titie Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardanhi, Diah Hadaning,
Yvonne De Fretes, dan Oka Rusmini.
·
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980 – 1990-an
1.
Ahmadun Yosi Herfanda
-
Ladang Hijau (1980)
-
Sajak Penari (1990)
-
Sebelum Tertawa
Dilarang (1997)
-
Fragmen-fragmen
Kekalahan (1997)
-
Sembahyang Rerumputan
(1997)
2.
Y.B Mangunwijaya
-
Burung-burung Manyar
(1981)
3.
Darman Moenir
-
Bako (1983)
-
Dendang (1988)
4.
Budi Darma
-
Olenka (1983)
-
Rafilus (1988)
5.
Sundhunata
-
Anak Bajang Menggiring
Angin (1984)
6.
Arswendo Atmowilito
-
Canting (1986)
7.
Hilman Hariwijaya
-
Lupus – 28 novel
(1986-2007)
-
Lupus Kecil – 13 novel
(1989-2003)
-
Olga Sepatu Roda
(1992)
-
Lupus ABG – 11 novel
(1995- 2005)
8.
Dorothea Rosa Herliany
-
Nyanyian Gaduh (1987)
-
Matahari Yang Mengalir
(1990)
-
Kepompong Sunyi (1993)
-
Nikah Ilalang (1995)
-
Mimpi Gugur Daun
Zaitun (1999)
9.
Gustaf Rizal
-
Segi Empat Patah Sisi
(1990)
-
Segitiga Lepas Kaki
(1991)
-
Ben (1992)
-
Kemilau Cahaya dan
Perempuan Buta (1999)
10.
Remy Silado
-
Ca Bau Kan (1999)
-
Kerudung Merah Kirmizi
(2002)
11.
Afrizal Malna
-
Tonggak Puisi
Indonesia Modern 4 (1987)
-
Yang Berdiam Dalam
Mikrofon (1990)
-
Cerpen-cerpen
Nusantara Mutakhir (1991)
-
Dinamika Budaya dan
Politik (1991)
-
Arsitektur Hujan
(1995)
-
Pistol Perdamaian
(1996)
-
Kalung Dari
Teman(1998)
9.
ANGKATAN REFORMASI
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaran politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH
Abdulrahman Wahid (Gusdur) dan Megawati Soekarno Putri, muncul wacana tentang
“Sastrawan Angkatan Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya
karya-karya sastra, puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik,
khususnya seputar Reformasi. Di rubik sastra harian Repoblika misalnya, selama
berbulan-bulan dibuka rubik sajak-sajak peduli Bangsa atau sajak-sajak
reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi
juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan angktan Reformasih merefleksikan keadaan sosial dan
politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde
Baru. Proses Reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak
melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada
masa itu. Bahkan penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema
sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum
Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep zamzam Noer, dan Hartono Beny Hidayat dengan media online: duniasastra.com-nya , juga ikut meramaikan suasana dengan
sajak-sajak sosial-politik mereka.
·
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Reformasi
1.
Widji Thukul
-
Puisi Pelo
-
Darman
10.
ANGKATAN 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasih
muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karna tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002
melempar wacana tentang lahirnya “Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal tentang
angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis,
novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam angkatan 2000,
termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmad Yosi Herfanda, dan Seno
Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada 1990-an
seperti Ayu Utami, dan Dhorotea
Rosa Herliany.
·
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 2000
1.
Ayu Utami
-
Saman (1998)
-
Larung (2001)
2.
Seno Gumira Ajidarma
-
Atas Nama Malam
-
Sepotong Senja Untuk
Pacarku
-
Biola Tak Berdawai
3.
Dewi Lestari
-
Supernova 1: Ksatria
Putri dan Bintang Jatuh (2001)
-
Supernova 2.1: Akar
(2002)
-
Supernova 2.2: Petir
(2004)
4.
Raudal Tanjung Banua
-
Pulau Cinta di Peta
Buta (2003)
-
Ziarah Bagi Yang Hidup
(2004)
-
Perang Tak Berulu
(2005)
-
Gugusan Mata Ibu
(2005)
5.
Habiburrahman El Shirazy
-
Ayat-ayat Cinta (2004)
-
Di Atas Sajadah Cinta
(2004)
-
Ketika Cinta Berbuah
Surga (2005)
-
Pudarnya Pesona
Cleopatra(2005)
-
Ketika Cinta Bertasbih
1 (2007)
-
Ketika Cinta Bertasbih
2 (2007)
-
Dalam Mihrab Cinta
(2007)
6.
Andrea Hirata
-
Laskar Pelangi (2005)
-
Sang Pemimpi (2006)
-
Edensor (2007)
-
Maryamah Karpov (2008)
-
Padang Bulan dan Cinta
Dalam Gelas (2010)
7.
Ahmad Faudi
-
Negeri Lima Menara
(2009)
-
Ranah Tiga Warna
(2011)
8.
Tosa
-
Lukisan Jiwa (puisi)
(2009)
-
Melan Conis (2009)
11.
CYBERSASTRA
Era internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak
karya sastra Indonesia yang tidak dipublikasi melalui buku namun termagtub di
dunia maya (internet), baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi
non-profit, maupun situs pribadi. Ada beberapa sistus Sastra Indonesia di dunia
maya misalnya: duniasastra.com.
Sumber : http://a21zcr7.blogspot.com/2012/09/periodisasi-sastra-indonesia.html
6 komentar:
Bagus. Tapi, akan lebih bagus kalau mencantumkan sumber penulisan. Terima kasih.
ok. nanti akan saya masukkan sumber2 referensinya. trims sudah singgah ke blog saya.
salam kenal....!
copy ya :D
silahkan jika itu memang perlu tp jangan lupa sumbernya ya,hehehe
trimakasih, mohon ijin untuk dijadikan rfrensi
sama2.
Posting Komentar