Hal-hal yang Perlu Dilakukan
Siapkan Diri.
Hal pertama yang wajib dilakukan adalah persiapan dari diri Anda
sendiri. Niatkan kepada Tuhan bahwa Anda ingin menulis skripsi.
Persiapkan segalanya dengan baik. Lakukan dengan penuh kesungguhan dan
harus ada kesediaan untuk menghadapi tantangan/hambatan seberat apapun.
Minta Doa Restu.
Saya percaya bahwa doa restu orang tua adalah tiada duanya. Kalau Anda
tinggal bersama orang tua, mintalah pengertian kepada mereka dan anggota
keluarga lainnya bahwa selama beberapa waktu ke depan Anda akan
konsentrasi untuk menulis skripsi. Kalau Anda tinggal di kos, minta
pengertian dengan teman-teman lain. Jangan lupa juga untuk membuat
komitmen dengan pacar. Berantem dengan pacar (walau sepele) bisa
menjatuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
Buat Time Table.
Ini penting agar penulisan skripsi tidak telalu time-consuming. Buat
planning yang jelas mengenai kapan Anda mencari referensi, kapan Anda
harus mendapatkan judul, kapan Anda melakukan bimbingan/konsultasi, juga
target waktu kapan skripsi harus sudah benar-benar selesai.
Berdayakan Internet.
Internet memang membuat kita lebih produktif. Manfaatkan untuk mencari
referensi secara cepat dan tepat untuk mendukung skripsi Anda.
Bahan-bahan aktual bisa ditemukan lewat Google Scholar atau melalui
provider-provider komersial seperti EBSCO atau ProQuest.
Jadilah Proaktif.
Dosen pembimbing memang “bertugas” membimbing Anda. Akan tetapi, Anda
tidak selalu bisa menggantungkan segalanya pada dosen pembimbing. Selalu
bersikaplah proaktif. Mulai dari mencari topik, mengumpulkan bahan,
“mengejar” untuk bimbingan, dan seterusnya.
Be Flexible.
Skripsi mempunyai tingkat “ketidakpastian” tinggi. Bisa saja skripsi
anda sudah setengah jalan tetapi dosen pembimbing meminta Anda untuk
mengganti topik. Tidak jarang dosen Anda tiba-tiba membatalkan janji
untuk bimbingan pada waktu yang sudah disepakati sebelumnya. Terkadang
Anda merasa bahwa kesimpulan/penelitian Anda sudah benar, tetapi dosen
Anda merasa sebaliknya. Jadi, tetaplah fleksibel dan tidak usah merasa
sakit hati dengan hal-hal yang demikian itu.
Jujur.
Sebaiknya jangan menggunakan jasa “pihak ketiga” yang akan membantu
membuatkan skripsi untuk Anda atau menolong dalam mengolah data. Skripsi
adalah buah tangan Anda sendiri. Kalau dalam perjalanannya Anda
benar-benar tidak tahu atau menghadapi kesulitan besar, sampaikan saja
kepada dosen pembimbing Anda. Kalau disampaikan dengan tulus, pastilah
dengan senang hati ia akan membantu Anda.
Siapkan Duit.
Skripsi jelas menghabiskan dana yang cukup lumayan (dengan asumsi tidak
ada sponsorships). Mulai dari akses internet, biaya cetak mencetak,
ongkos kirim kuesioner, ongkos untuk membeli suvenir bagi responden
penelitian, biaya transportasi menuju tempat responden, dan sebagainya.
Jangan sampai penulisan skripsi macet hanya karena kehabisan dana.
Ironis kan?
Tahap-tahap Persiapan
Kalau Anda beruntung,
bisa saja dosen pembimbing sudah memiliki topik dan menawarkan judul
skripsi ke Anda. Biasanya, dalam hal ini dosen pembimbing sedang
terlibat dalam proyek penelitian dan Anda akan “ditarik” masuk ke
dalamnya. Kalau sudah begini, penulisan skripsi jauh lebih mudah dan
(dijamin) lancar karena segalanya akan dibantu dan disiapkan oleh dosen
pembimbing.
Sayangnya,
kebanyakan mahasiswa tidak memiliki keberuntungan semacam itu. Mayoritas
mahasiswa, seperti ditulis sebelumnya, harus bersikap proaktif sedari
awal. Jadi, persiapan sedari awal adalah sesuatu yang mutlak diperlukan.
Idealnya,
skripsi disiapkan satu-dua semester sebelum waktu terjadwal. Satu
semester tersebut bisa dilakukan untuk mencari referensi, mengumpulkan
bahan, memilih topik dan alternatif topik, hingga menyusun proposal dan
melakukan bimbingan informal.
Dalam mencari referensi/bahan acuan, pilih jurnal/paper yang
mengandung unsur kekinian dan diterbitkan oleh jurnal yang
terakreditasi. Jurnal-jurnal top berbahasa asing juga bisa menjadi
pilihan. Kalau Anda mereplikasi jurnal/paper yang berkelas, maka bisa
dipastikan skripsi Anda pun akan cukup berkualitas.
Unsur kekinian juga perlu diperhatikan.
Pertama, topik-topik baru lebih disukai dan lebih menarik, bahkan bagi
dosen pembimbing/penguji. Kalau Anda mereplikasi topik-topik lawas,
penguji biasanya sudah “hafal di luar kepala” sehingga akan sangat mudah
untuk menjatuhkan Anda pada ujian skripsi nantinya.
Kedua, jurnal/paper yang terbit dalam waktu 10 tahun terakhir,
biasanya mengacu pada referensi yang terbit 5-10 tahun sebelumnya.
Percayalah bahwa mencari dan menelusur referensi yang terbit tahun
sepuluh-dua puluh tahun terakhir jauh lebih mudah daripada melacak
referensi yang bertahun 1970-1980.
Salah satu tahap persiapan yang penting adalah penulisan proposal.
Tentu saja proposal tidak selalu harus ditulis secara “baku”. Bisa saja
ditulis secara garis besar (pointer) saja untuk direvisi kemudian.
Proposal ini akan menjadi guidance Anda selama penulisan skripsi agar
tidak terlalu keluar jalur nantinya. Proposal juga bisa menjadi alat
bantu yang akan digunakan ketika Anda mengajukan topik/judul kepada
dosen pembimbing Anda. Proposal yang bagus bisa menjadi indikator yang
baik bahwa Anda adalah mahasiswa yang serius dan benar-benar berkomitmen
untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.
Kiat Memilih Dosen Pembimbing
Dosen pembimbing (academic advisor) adalah vital
karena nasib Anda benar-benar berada di tangannya. Memang benar bahwa
dosen pembimbing bertugas mendampingi Anda selama penulisan skripsi.
Akan tetapi, pada prakteknya ada dosen pembimbing yang “benar-benar
membimbing” skripsi Anda dengan intens. Ada pula yang membimbing Anda
dengan “melepas” dan memberi Anda kebebasan. Mempelajari dan
menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing adalah salah satu elemen
penting yang mendukung kesuksesan Anda dalam menyusun skripsi.
Tiap universitas/fakultas mempunyai kebijakan
tersendiri soal dosen pembimbing ini. Anda bisa memilih sendiri dosen
pembimbing yang Anda inginkan. Tapi ada juga universitas/fakultas yang
memilihkan dosen pembimbing buat Anda. Tentu saja lebih “enak” kalau
Anda bisa memilih sendiri dosen pembimbing untuk skripsi Anda.
Lalu, bagaimana memilih dosen pembimbing yang benar-benar tepat?
Secara garis besar, dosen bisa dikategorikan sebagai:
(1) dosen senior, dan
(2) dosen junior.
Dosen senior umumnya berusia di atas 40-an tahun, setidaknya bergelar
doktor (atau professor), dengan jam terbang yang cukup tinggi.
Sebaliknya, dosen junior biasanya berusia di bawah 40 tahun, umumnya
masih bergelar master, dan masih gampang dijumpai di lingkungan kampus.
Tentu saja, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Sebagai contoh, kalau Anda memilih dosen pembimbing
senior, biasanya Anda akan mengalami kesulitan sebagai berikut:
- Proses bimbingan cukup sulit, karena umumnya dosen senior sangat perfeksionis.
- Anda akan kesulitan untuk bertemu muka karena umumnya dosen senior memiliki jam terbang tinggi dan jadwal yang sangat padat.
Tapi, keuntungannya:
- Kualitas skripsi Anda, secara umum, akan lebih memukau daripada rekan Anda.
- Anda akan “tertolong” saat ujian skripsi/pendadaran, karena dosen
penguji lain (yang kemungkinan masih junior/baru bergelar master) akan
merasa sungkan untuk “membantai” Anda.
- Dalam beberapa kasus, bisa dipastikan Anda akan mendapat nilai A.
Sebaliknya, kalau Anda memilih dosen pembimbing junior, maka Anda
akan lebih mudah selama proses bimbingan. Dosen Anda akan mudah dijumpai
di lingkungan kampus karena jam terbangnya belum terlalu tinggi. Dosen
muda umumnya juga tidak “jaim” dan “sok” kepada mahasiswanya.
Tapi, kerugiannya, Anda akan benar-benar “sendirian” ketika
menghadapi ujian skripsi. Kalau dosen penguji lain lebih senior daripada
dosen pembimbing Anda, bisa dipastikan Anda akan “dihajar” cukup telak.
Dan dosen pembimbing Anda tidak berada dalam posisi yang bisa
membantu/membela Anda.
Jadi, hati-hati juga dalam memilih dosen pembimbing.
Format Skripsi yang Benar
Biasanya, setiap fakultas/universitas sudah menerbitkan acuan/pedoman
penulisan hasil penelitian yang baku. Mulai dari penyusunan konten,
tebal halaman, jenis kertas dan sampul, hingga ukuran/jenis huruf dan
spasi yang digunakan. Akan tetapi, secara umum format hasil penelitian
dibagi ke dalam beberapa bagian
sebagai berikut.
Pendahuluan.
Bagian pertama ini menjelaskan tentang isu penelitian, motivasi yang
melandasi penelitian tersebut dilakukan, tujuan yang diharapkan dapat
tercapai melalui penelitian ini, dan kontribusi yang akan diberikan dari
penelitian ini.
Pengkajian Teori & Pengembangan Hipotesis.
Setelah latar belakang penelitian dipaparkan jelas di bab pertama,
kemudian dilanjutkan dengan kaji teori dan pengembangan hipotesis.
Pastikan bahwa bagian ini align juga dengan bagian sebelumnya. Mengingat
banyak juga mahasiswa yang “gagal” menyusun alignment ini. Akibatnya,
skripsinya terasa kurang make sense dan nggak nyambung.
Metodologi Penelitian.
Berisi penjelasan tentang data yang digunakan, pemodelan empiris yang
dipakai, tipe dan rancangan sampel, bagaimana menyeleksi data dan
karakter data yang digunakan, model penelitian yang diacu, dan
sebagainya.
Hasil Penelitian.
Bagian ini memaparkan hasil pengujian hipotesis, biasanya meliputi hasil
pengolahan secara statistik, pengujian validitas dan reliabilitas, dan
diterima/tidaknya hipotesis yang diajukan.
Penutup. Berisi ringkasan, simpulan, diskusi, keterbatasan, dan saran.
Hasil penelitian harus disarikan dan didiskusikan mengapa hasil yang
diperoleh begini dan begitu. Anda juga harus menyimpulkan keberhasilan
tujuan riset yang dapat dicapai, manakah hipotesis yang
didukung/ditolak, keterbatasan apa saja yang mengganggu, juga
saran-saran untuk penelitian mendatang akibat dari keterbatasan yang
dijumpai pada penelitian ini.
Jangan lupa untuk melakukan
proof-reading dan
peer-review.
Proof-reading dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan tulis
(typo) maupun ketidaksesuaian tata letak penulisan skripsi. Peer-review
dilakukan untuk mendapatkan second opinion dari pihak lain yang
kompeten. Bisa melalui dosen yang Anda kenal baik (meski bukan dosen
pembimbing Anda), kakak kelas/senior Anda, teman-teman Anda yang dirasa
kompeten, atau keluarga/orang tua (apabila latar belakang pendidikannya
serupa dengan Anda).
Beberapa Kesalahan Pemula
Ketidakjelasan Isu.
Isu adalah titik awal sebelum melakukan penelitian. Isu seharusnya
singkat, jelas, padat, dan mudah dipahami. Isu harus menjelaskan tentang
permasalahan, peluang, dan fenomena yang diuji. Faktanya, banyak
mahasiswa yang menuliskan isu (atau latar belakang) berlembar-lembar,
tetapi sama sekali sulit untuk dipahami.
Tujuan Riset & Tujuan Periset.
Tidak jarang mahasiswa menulis “sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar kesarjanaan” sebagai tujuan risetnya. Hal ini adalah kesalahan
fatal. Tujuan riset adalah menguji, mengobservasi, atau meneliti
fenomena dan permasalahan yang terjadi, bukan untuk mendapatkan gelar
S1.
Bab I: Bagian Terpenting.
Banyak mahasiswa yang mengira bahwa bagian terpenting dari sebuah
skripsi adalah bagian pengujian hipotesis. Banyak yang menderita sindrom
ketakutan jika nantinya hipotesis yang diajukan ternyata salah atau
ditolak. Padahal, menurut saya, bagian terpenting skripsi adalah Bab I.
Logikanya, kalau isu, motivasi, tujuan, dan kontribusi riset bisa
dijelaskan secara runtut, biasanya bab-bab berikutnya akan mengikuti
dengan sendirinya. (baca juga: Joint Hypotheses)
Padding.
Ini adalah fenomena yang sangat sering terjadi. Banyak mahasiswa yang
menuliskan terlalu banyak sumber acuan dalam daftar pustaka, walaupun
sebenarnya mahasiswa yang bersangkutan hanya menggunakan satu-dua sumber
saja. Sebaliknya, banyak juga mahasiswa yang menggunakan beragam acuan
dalam skripsinya, tetapi ketika ditelusur ternyata tidak ditemukan dalam
daftar acuan.
Joint Hypotheses.
Menurut pendekatan saintifik, pengujian hipotesis adalah kombinasi
antara fenomena yang diuji dan metode yang digunakan. Dalam melakukan
penelitian ingatlah selalu bahwa fenomena yang diuji adalah sesuatu yang
menarik dan memungkinkan untuk diuji. Begitu pula dengan metode yang
digunakan, haruslah metode yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Kalau keduanya terpenuhi, yakinlah bahwa skripsi Anda
akan outstanding. Sebaliknya, kalau Anda gagal memenuhi salah satu (atau
keduanya), bersiaplah untuk dibantai dan dicecar habis-habisan.
Keterbatasan & Kemalasan.
Mahasiswa sering tidak bisa membedakan antara keterbatasan riset dan
“kemalasan riset”.
Keterbatasan adalah sesuatu hal yang terpaksa tidak dapat terpenuhi
(atau tidak dapat dilakukan) karena situasi dan kondisi yang ada. Bukan
karena kemalasan periset, ketiadaan dana, atau sempitnya waktu.
Kontribusi Riset.
Ini penting (terutama) jika penelitian Anda ditujukan untuk menarik
sponsor atau dibiayai dengan dana pihak sponsor. Kontribusi riset
selayaknya dijelaskan dengan lugas dan gamblang, termasuk pihak mana
saja yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, apa korelasinya
dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan seterusnya. Kegagalan dalam
menjelaskan kontribusi riset akan berujung pada kegagalan mendapatkan
dana sponsor.
Menghadapi Ujian Skripsi
Benar.
Banyak mahasiswa yang benar-benar takut menghadapi ujian skripsi (oral
examination). Terlebih lagi, banyak mahasiswa terpilih yang jenius
tetapi ternyata gagal dalam menghadapi ujian pendadaran. Di dalam ruang
ujian sendiri tidak jarang mahasiswa mengalami ketakutan, grogi,
gemetar, berkeringat, yang pada akhirnya menggagalkan ujian yang harus
dihadapi.
Setelah menulis skripsi, Anda memang harus mempertahankannya di
hadapan dewan penguji. Biasanya dewan penguji terdiri dari satu ketua
penguji dan beberapa anggota penguji. Lulus tidaknya Anda dan berapa
nilai yang akan Anda peroleh adalah akumulasi dari skor yang diberikan
oleh masing-masing penguji. Tiap penguji secara bergantian (terkadang
juga keroyokan) akan menanyai Anda tentang skripsi yang sudah Anda buat.
Waktu yang diberikan biasanya berkisar antara 30 menit hingga 1 jam.
Ujian skripsi kadang diikuti juga dengan ujian komprehensif yang akan
menguji sejauh mana pemahaman Anda akan bidang yang selama ini Anda
pelajari. Tentu saja tidak semua mata kuliah diujikan, melainkan hanya
mata kuliah inti (core courses) saja dengan beberapa pertanyaan yang
spesifik, baik konseptual maupun teknis.
Grogi, cemas, kuatir itu wajar dan manusiawi. Akan tetapi, ujian
skripsi sebaiknya tidak perlu disikapi sebagai sesuatu yang terlalu
menakutkan. Ujian skripsi adalah “konfirmasi” atas apa yang sudah Anda
lakukan. Kalau Anda melakukan sendiri penelitian Anda, tahu betul apa
yang Anda lakukan, dan tidak grogi di ruang ujian, bisa dipastikan Anda
akan perform well.
Cara terbaik untuk menghadapi ujian skripsi adalah Anda harus tahu
betul apa yang Anda lakukan dan apa yang Anda teliti. Siapkan untuk
melakukan presentasi. Akan tetapi, tidak perlu Anda paparkan semuanya
secara lengkap. Buatlah “lubang jebakan” agar penguji nantinya akan
menanyakan pada titik tersebut. Tentu saja, Anda harus siapkan
jawabannya dengan baik. Dengan begitu Anda akan tampak outstanding di
hadapan dewan penguji.
Juga, ada baiknya beberapa malam sebelum ujian, digiatkan untuk
berdoa atau menjalankan sholat tahajud di malam hari. Klise memang. Tapi
benar-benar sangat membantu.
Jujur saja, saya (dulu) menyelesaikan skripsi dalam tempo 4 minggu
tanpa ada kendala dan kesulitan yang berarti. Dosen pembimbing saya
adalah seorang professor dengan jam terbang sangat tinggi. Selama berada
dalam ruang ujian, kami lebih banyak berbicara santai sembari sesekali
tertawa. Dan Alhamdulillah saya mendapat nilai A.
Bukan. Bukan saya bermaksud sombong, tetapi hanya untuk memotivasi Anda. Kalau saya bisa, seharusnya Anda sekalian pun bisa.
Pasca Ujian Skripsi
Banyak yang mengira, setelah ujian skripsi segalanya selesai. Tinggal
revisi, bawa ke tukang jilid/fotokopi, urus administrasi, daftar
wisuda, lalu traktir makan teman-teman. Memang benar. Setelah Anda
dinyatakan lulus ujian skripsi, Anda sudah berhak menyandang gelar
sarjana yang selama ini Anda inginkan.
Faktanya, lulus ujian skripsi saja sebenarnya belum terlalu cukup.
Sebenarnya Anda bisa melakukan lebih jauh lagi dengan skripsi Anda.
Caranya?
Cara paling gampang adalah memodifikasi dan memperbaiki skripsi Anda
untuk kemudian dikirimkan pada media/jurnal publikasi. Cara lain, kalau
Anda memang ingin serius terjun di dunia ilmiah, lanjutkan dan
kembangkan saja penelitian/skripsi Anda untuk jenjang S2 atau S3. Dengan
demikian, kelak akan semakin banyak penelitian dan publikasi yang
mudah-mudahan bisa memberi manfaat bagi bangsa ini.
Bukan apa-apa, saya cuma ingin agar bangsa ini bisa lebih cerdas dan
arif dalam menciptakan serta mengelola pengetahuan. Sekarang mungkin
kita memang tertinggal dari bangsa lain. Akan tetapi, dengan melakukan
penelitian, membuat publikasi, dan seterusnya, bangsa ini bisa cepat
bangkit mengejar ketertinggalan.
Jadi, menyusun skripsi itu sebenarnya mudah kan?
http://etipsbali.wordpress.com