Laman

Jumat, 23 November 2012

Pembelajaran Analisis Kesalahan Berbahasa


               BAB I
PENDAHULUAN

 Kesalahan berbahasa tidak sama dengan kekeliruan berbahasa. Keduanya memang merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan yang menyimpang. Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis, bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan, melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah dikuasai.
Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dsb. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada berbagai tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa bila yang bersangkutan, lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya telah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakan, tetapi karena suatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Kelupaan itu biasanya tidak lama.
Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi, artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara  konsisten dan sistematis. Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh guru, misalnya melalui remedial, latihan, praktik, dsb. Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman siswa akan sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya. Bila tahap pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari olehnya ternyata kurang, kesalahan berbahasa tentu sering terjadi. Namun, kesalahan berbahasa akan berkurang apabila tahap pemahaman semakin meningkat.
Terjadinya kesalahan berbahasa di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa terutama belajar bahasa kedua, merupakan fenomena yang mendorong para ahli pengajaran bahasa untuk mempelajari kesalahan berbahasa. Dari studi tentang kesalahan berbahasa itu dapat diketahui bahwa proses terjadinya kesalahan berbahasa berhubungan erat dengan proses belajar bahasa. Kesalahan berbahasa merupakan gejala yang intern dengan proses belajar bahasa. Oleh karena itu, untuk memahami proses terjadinya kesalahan berbahasa, terutama di kalangan siswa yang sedang belajar bahasa, diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep belajar bahasa.
Penguasaan bahasa, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua diperoleh melalui proses belajar. Sebagian para ahli pengajaran bahasa membedakan antara proses penguasaan bahasa pertama dan penguasaan bahasa kedua. Proses penguasaan bahasa pertama bersifat ilmiah dan disebut pemerolehan bahasa (language acquisition). Proses penguasaan bahasa perama ini berlangsung tanpa adanya suatu perencanaan terstruktur. Secara langsung anak-anak memperoleh bahasanya melalui kehidupan sehari-hari dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Setiap ada yang normal secara fisik, psikis, dan sosiologis pasti mengalami proses pemerolehan bahasa pertama. Proses ini berlangsung tanpa disadari oleh anak. Anak juga tidaak menyadari motivasi apa yang mendorongnya berada dalam kondisi pemerolehan bahasa pertama itu.
Selanjutnya, proses penguasaan bahasa kedua terjadi setelah seseorang menguasai bahasa pertama dan disebut belajar bahasa (language learning). Proses belajar bahasa kedua pada umumnya berlangsung secara terstruktur di sekolah melalui perencanaan program kegiatan belajar mengajar yang sengaja disusun untuk keperluan itu. Dalam proses ini, si pembelajar menyadari bahwa dia sedang belajar bahasa. Dia juga menyadari motivasi apa yang mendorongnya untuk menguasai bahasa kedua itu.

BAB II
LANDASAN TEORI
 
Tim penulis mengambil beberapa referensi yang berguna bagi landasan berpijak untuk menganalisis kesalahan berbahasa tersebut antara lain: Norish (1983) tentang pembelajar bahasa dan kesalahan-kesalahannya, termasuk di dalamnya kesalahan pembelajar dalam menulis; H.V. George (1972)  mengenai kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan oleh pembelajar, beberapa penyebab kesalahan berbahasa, dan cara mengatasi  kesalahan berbahasa; O’Grady, et.al. (1989) tentang kesalahan berbahasa yang dihubungankan dengan masalah interlanguage dan interference dalam  perolehan bahasa kedua (L2); Tarigan (1988) mengenai teori kesalahan berbahasa dan langkah-langkah dalam melakukan analisis kesalahan berbahasa; Tarigan (1989) yang membahas secara rinci pengajaran remedi bahasa sebagai tindak lanjut ditemukannya berbagai kesalahan berbahasa agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terjadi lagi dalam proses pembelajaran bahasa asing/kedua; Lightbown dan Nina Spada (1999) mengenai pembelajaran bahasa kedua dan berbagai aspeknya. Referensi-referensi tentang tata bahasa Indonesia dan aspek-aspeknya dapat dirunut dari  Alieva et. Al (1991), Moeliono (1993), Dardjowidjoyo (1984).
Norish (1983: 6-8) memandang perlunya membedakan tiga tipe penyimpangan berbahasa yang berbeda . Tiga hal itu meliputi error, mistake, dan lapse. Error , kesalahan, merupakan penyimpangan berbahasa secara sistematis dan terus-menerus sebagai akibat belum dikuasainya kaidah-kaidah atau norma-norma bahasa target. Mistake, kekeliruan,  terjadi ketika seorang pembelajar  tidak secara konsisten melakukan penyimpanagn dalam berbahasa. Kadang-kadang pembelajar dapat mempergunakan kaidah/norma yang benar tetapi kadang-kadang mereka membuat kekeliruan  dengan mempergunakan kaidah/norma dan bentuk-bentuk yang keliru. Lapse, selip lidah, diartikan sebagai bentuk penyimpangan  yang diakibatkan karena pembelajar kurang konsentrasi, rendahnya daya ingat atau sebab-sebab lain yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa pun.
Selain membedakan berbagai bentuk penyimpangan berbahasa, Norish juga menyatakan bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa pembelajar dapat dijadikan alat bantu yang positif dalam pembelajaran karena dapat dipergunkan oleh pembelajar  maupun pengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa...” some good pedagogical reasons have been suggested for regarding errors made bay learners of  foreign language leniently but the most important reason is that the error itself may actually be a necessary part of learning a language “(Norish, 1983: 6).
Berkaitan dengan kesalahan dalam menulis, Norish berpendapat bahwa penting untuk mendorong pembelajar dapat menyusun kalimat-kalimat mereka secara tertulis sehingga kesalahan-kesalahan yang dibuat hendaknya direduksi bahkan dihilangkan sama sekali....”it was vital that people should be educated to construct grammatically acceptable sentence and be able to spell correctly...because of this, a great deal of attention has traditionally been given to writing and error in the medium  tend to be regarded as indicative of some type of failure”(Norrish, 1983: 65).
Mengenai klasifikasi kesalahan berbahasa, kami mengklasifikan kesalahan menurut sistem gramatikal yang meliputi: fonologi, morfologi, dan sintaksis, dan klasifikasi kesalahan karena adanya penghilangan, penambahan, dan penggantian bentuk-bentuk tertentu.

2.1 Sumber dan Analisis Data
Data-data untuk menganalisis kesalahan berbahasa di ambil dari  komposisi  para pembelajar yang mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang dikumpulkan dan mencatat kesalahan-kesalahan yang  ada dalam komposisi dan dicatat dalam sebuah tabel untuk selanjutnya diklasifkasikan. Komposisi  ini dijadikan data sebagai bahan menganalisis  karena data ini dapat diamati  secara langsung dalam bentuk tertulis  sehingga memudahkan proses identifikasi dan klasifikasi kesalahan .
Analisis data dilakukan dengan identifikasi kesalahan-kesalahan berbahasa. Setelah diidentifikasi, kesalahan-kesalahan berbahasa tersebut diklasifikasikan dalam kelompok-kelompok tertentu sehingga akan terlihat kesalahan-kesalahan berbahasa yang sering dilakukan oleh pembelajar.    Apabila  langkah-langkah di atas sudah dilakukan, penentuan alternatif pembelajaran remedinya dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan tingkat kesalahan yang dibuat oleh pembelajar untuk menentukan prioritas pembelajarannya.
Pada makalah ini akan dipaparkan hasil analisis atas kesalahan-kesalahan berbahasa yang terjadi melalui hasil karangan yang diambil dari sepuluh (10) karangan  siswa SMP Negeri 2 Kutacane sebagai bahan untuk menganalisis kesalahan dalam berbahasa.
2.1.1 Tataran Fonologi, Morfologi, dan Sintaksis
Tabel pesebaran kesalahan-kesalahan berbahasa yang akan dianalisis:
No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
1.
Lilis Suryani
IX.2
Fonologi
8
Kata Rumah ada 2, nYaman ada 3.



Morfologi
4
Kata ke bersihan ada 2, membersihkan nya ada 2 kata.



Sintaksis
2
Kalimatnya tidak efektif

Dari hasil karangan/tulisan Lilis Suryani dapat dilihat kesalahan-kesalahan yang ada seperti yang tertera dalam tabel diatas:
Dalam bidang fonologi ada 8 yaitu
·         Rumahà seharusnya yang benar adalah rumah. Kata rumah tersebut berada di tengah kalimat sehingga huruf R-nya bukan huruf kapital.
·         nYamanà seharunya nyaman tanpa menggunakan huruf kapital pada huruf Y-nya .
·         dari pdà seharusnya yang benar adalah kata daripada.
·         apa bilaà seharunya Apabila yang tanpa menggunakan spasi dan juga huruf A-nya harus kapital karena kata tersebut berada di awal kalimat.
·         ygà seharusnya yang tanpa kata tersebut disingkat.
Dalam bidang morfologi ada 4.
·         ke bersihanà seharusnya Kebersihan tanpa menggunakan spasi serta huruf  K-nya harus menggunakan huruf kapital karena berada pada awal kalimat. dan satu kata lagi berada ditengah kalimat sehingga k-nya sudah benar namun menjadi salah karena memakai spasi.
·         Membersihkan nyaà seharusnya yang benar adalah membersihkannya tanpa ada spasinya.
Dalam bidang sintaksis
·         ke bersihan setengah dari pd iman kita harus menjaga kebersihan agar tempat yang kita tinggali bersihàkalimat ini sangat tidak efektif karena tidak adanya hubungan antara kalimat pertama dan kedua. Yang benar seharusnya “Kebersihan merupakan bagian dari kesehatan, sehingga kita harus tetap menjaga agar lingkungan kita selalu bersih.”
·         Kita harus terjauh dari penyakit kalau kita melihat rumah kita sendiri kotor ataupun jorok maka kita harus membersihkan nyaà dalam kalimat ini tidak menggunakan tanda baca sehingga maknanya kurang jelas. yang benarnya adalah ”Kita harus terjauh dari penyakit. Apabila kita melihat rumah kita dalam keadaan kotor, maka harus segera kita bersihkan.”


No
Nama
kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
keterangan
2.
Jefri Efendy
IX.2
Fonologi
10
Kata sampah ada 8



Morfologi
7
Sembarangan ada 3 kata, penyakit ada 3 kata.



sintaksis
4 paragraf
4 dari 5 paragraf salah

Dari karangan Jefri Efendy, dapat dilihat hasil analisisnya antara lain:
Dari segi fonologi ada 10 kesalahan.
·         IManà seharusnya yang benar adalah iman tanpa ada huruf kapitalnya.
·         Sungaià yang benar adalah kata sungai karena kata tersebut berada di tengah kalimat sehingga tidak dibenarkan menggunakan kapital.
·         Sampahà yang benar adalah sampah tanpa kapital huruf S-nya.
Dari segi morfologi
·         Sebagian, Sembarangan, Penyakit à seharusnya huruf S dan P-nya pada awal kalimat dalam setiap kata tidak menggunakan huruf kapital.
Dari segi sintaksisnya
·         Hampir semua kalimatnya salah dimana di dalam karangan tersebut terdapat pengulangan kalimat sampai beberapa kali.
·         Tidak adanya tanda baca dalam karangan sehingga memperbanyak kesalahan.
·         Dalam satu paragraf terdapat ide pokok yang lebih dari satu bahkan ada tiga ide pokok dalam satu paragraf.

No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
3.
Tri Listari
IX.2
Fonologi
6
Kata kebersihan ada 4, kata apabila ada 2.



Morfologi
1
Diksi yang salah



Sintaksis
1
Kalimatnya tidak efektif


Dari hasil karangan yang ditulis oleh Tri Listari, dapat dianalisis sebagai berikut:
Segi fonologi
·         Kebersihanà seharunya kata kebersihan tersebut menggunakan huruf kapital pada awal hurufnya karena merupakan di awal kalimat.
·         apa bilaà seharusnya tidak menggunakan spasi pada kata apa dan bila.
Dari segi morfologi
·         kekotoranà seharusnya kata ini tidak dimunculkan dalam karangan karena pilihan katanya tidak sesuai. Walaupun seandainya tidak dapat dielakkan penggunaannya, gunakanlah hanya kata “kotor”.
Dari segi sintaksis
·         kebersihan itu dapat mencegah penyakit maka hindarilah kekotoran baik di sekolah, rumah ataupun tempat lainà maka seharusnya dapat dituliskan dengan “ Kebersihan dapat mencegah penyakit. Oleh karena itu, hindarilah tempat-tempat yang kotor seperti di sekolah, rumah, ataupun tempat lain dengan cara membersihkannya.”

No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
4.
Wiwik Ranasyah
VIII.5
Fonologi
2
Hanya salah dalam penggunaan kapital.



Morfologi
-




Sintaksis
-


Yang dapat dianalisis dari karangan Wiwik Ranasyah adalah sebagai berikut:
Segi fonologi
·         Sangat, Siswaà seharusnya huruf S-nya pada awal kalimat tidak menggunakan huruf kapital karena kata tersebut berada di tengah kalimat.
Catatan: secara keseluruhan dari karangan tersebut sudah cukup bagus, hanya saja penggunaan tanda bacanya yang kurang tepat.
No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
5.
Muna Warah
VIII.5
Fonologi
5
Salah menggunakan huruf kapital dalam awal kata



Morfologi
3
Menggunakan spasi



Sintaksis
2
Terlalu banyak menggunakan kata sambung “dan”

Dari karya tulis/karangan Muna Warah tersebut dapat dilihat hasil analisisnya yaitu:
Dari segi fonologi
·         Terjadi kesalahan pada penggunaan huruf kapital pada huruf awal setiap kata yang seharusnya tidak perlu memakai huruf kapital.
Dari segi morfologi
·         Menyemprot nya, di bersihkan, di tanamà seharusnya tidak menggunakan spasi dalam menulis kata diatas.
Dari segi sintaksisnya
·         Dan lokasi penanaman yang ada di kebun ada yang di dekat coklat, dan ada juga yang di dekat pisangà kalimat tersebut salah karena menggunakan kata sambung “dan” dalam membuka paragraf. Kalimat ini tidak tahu persis apa maksudnya. Namun jika dilihat dari kalimat awalnya, maka dapat diubah kalimat ini menjadi “ sayuran, tomat, serta yang lainnya dapat ditanam di dekat pohon coklat, begitu juga di dekat pohon pisang.”
·         Dan cara penanamannya ada yang di beri pupuk, menyirami tanamannya, dan mencabut rumput, dan menyemprotnya­­àkalimat ini juga menggunakan kata “dan” sebagai pembuka kalimat. kalimat ini sangat tidak logis karena “cara penanamannya ada yang di beri pupuk” tidak menyampaikan suatu arti atau gagasan yang benar. Seharusnya kalimat yang dibuat yaitu “ cara merawat tanamannya adalah dengan memberi pupuk, menyiram tanaman, menjaga kebersihannya dari rumput, serta menyemprotnya”.

No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
6.
Selpia Irani
IX.4
Fonologi
3
Kata ulang disingkat



Morfologi
2
Menggunakan spasi



Sintaksis
2
Mubajir dalam memakai  kata ”dan”

Dari karangan Selpia Irani dapat dianalisis kesalahannya sebagai berikut.
Dari unsur fonologi
·         Rumput xxà seharusnya kata ulang tersebut tidak disingkat sehingga dapat dilihat kebenarannya seperti “ rumput-rumput “.
·         mingguà seharusnya Minggu.
·         Paraà seharusnya Pada.(mungkin pengarang salah menulis)
Dari unsur morfologi
·         Menjaga nya, suasana nyaà seharusnya dalam kata tersebut tidak perlu menggunakan spasi sehingga yang benarnya adalah menjaganya dan suasananya.

Dari unsur sintaksisnya
·         Kita harus membersihkan lingkungan dan menjaga nya dengan baik, dan supaya bersih dan enak dipandang mata. Dan membuang sampah pada tempatnyaà kata “dan” sangat banyak digunakan dalam kalimat diatas sehingga terjadi kesalahan dalam kalimatnya. Seharusnya kalimatnya dapat dibuat seperti: kita harus membersihkan lingkungan dan menjaganya dengan baik supaya tetap bersih dan indah dipandang mata, serta membuang sampah pada tempatnya.
·         Para hari minggu kita harus membersihkan pekarangan rumah dan mencabuti rumput xx supaya terlihat bersih, manfaatnya adalah untuk diri kita sendirià kalimat tersebut dapat diganti dengan “ Pada hari Minggu, kita dapat meluangkan waktu untuk membersihkan pekarangan rumah serta mencabuti rumput-rumputnya supaya terlihat bersih, dan manfaatnya adalah untuk diri kita sendiri juga.”

No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
7.
Sari Ulan Padila
IX.4
Fonologi
20
Kata-katanya banyak yang disingkat



Morfologi
7
Di tengah kata menggunakan huruf kapital



Sintaksis
6
Pada awal kalimat tidak menggunakan huruf kapital

Hasil analisis dari karangan Sari Ulan Padila dapat dilihat penjabarannya seperti di bawah ini.

Dari segi fonologinya
·         kepaDa, sbg, Bisa (ada 2 kata), hiDup (ada 3 kata), tdk (ada 4 kata), pd (ada 3 kata), aDa, anak2, Di, Dan, Bersih, malaRia. Kata-kata di atas semua salah karena penggunaan huruf kapitalnya tidak benar dimana ketika katanya sedang berada di awal kalimat tidak menggunakan huruf kapital, jika katanya berada di tengah kalimat maka huruf kapital digunakan pada awal huruf. Dan yang membuat kata tersebut menjadi salah terlebih karena menggunakan huruf kapital di tengah daripada sebuah kata. Seharusnya kata-kata yang benarnya yaituà kepada, sebagian, bisa, hidup, tidak, pada, ada, anak-anak, di, dan, bersih, malaria.
Dari segi morfologinya
·         keBersihan (ada 2 kata), memBuang (ada 2 kata), semBarang, Buanglah, terhinDar. Dalam segi morfologinya juga tetap sama kesalahannya seperti dalam segi fonologinya dimana penggunaan huruf kapitalnya yang tidak sesuai penempatannya. Seharusnya yang benar adalahà kebersihan, membuang, sembarang, buanglah, terhindar.
Dari segi sintaksisnya
·         kita harus jaga kebersihan dan lingkungan kita agar kita bisa hidup nyamanà seharusnya “Kita harus menjaga kebersihan lingkungan demi terciptanya kehidupan yang nyaman.”
·         jika kita tdk menjaga lingkungan kita akan mendapat penyakit dan lalu kita sakità seharusnya “Jika kita tidak menjaga kebersihan lingkungan, maka kita bisa terserang penyakit.”
·         Pd suatu hari aDa anak2 kampung saya membuang sampah sembarangan dia memBuang sampah di sungai dan sampah itu mengalir dan sumBat akhirnya kejadian banjirà seharusnya ”Pada suatu hari, ada seorang anak-anak di kampung saya yang membuang sampah sembarangan. Dia membuang sampah di sungai. Namun akhirnya aliran sungai itu menjadi tersumbat oleh sampah tadi sehingga menimbulkan banjir.
·         kalau kampung kita sudah Bersih penyakit tdk akan pernah datangi kita seperti penyakit malaRia dan sebagainya tdk akan menular kepaDa kampung kita sekitarnyaàseharusnya “Apabila kampung kita bersih, kemungkinan besar kita tidak akan terserang penyakit seperti: Malaria, DBD (demam berdarah), dan sebagainya.”
·         kalau kita jaga kebersihan agar kita semua anak sehatà seharusnya “Marilah kita jaga kebersihan agar kita semua terhindar dari serangan berbagai penyakit.”
·         kita harus memBuang sampah pd tempatnya agar tdk terhinDar dari penyakità seharusnya “Kita harus membuang sampah pada tempatnya agar terhindar dari penyakit.”

No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
8.
Muhammad Jauhari
IX.4
Fonologi
5
Salah dalam penggunaan kapital



Morfologi
1
Penggunaan spasi yang tidak tepat



Sintaksis
-
Sudah cukup baik

Hasil analisis dari karangan Muhammad Jauhari dapat dilihat penjabarannya seperti di bawah ini.
Dari segi fonologinya ada 5 kesalahan
·         Menjaga, Sampah-Sampah, Selokan, Serta, Sangatà kesalahannya terletak pada penggunaan huruf kapital. seharusnya yang benar adalah “menjaga, sampah-sampah, selokan, serta, sangat.”        Hasil  analisis dari karangan ini ditemukan bahwa setiap huruf S pada awal kata sering menggunakan huruf kapital.
Dari segi morfologinya
·         di penuhià seharusnya tidak menggunakan spasi dalam kata tersebut sehingga yang benarnya adalah “dipenuhi”
dari segi sintaksisnya
·         jika dilihat dari hasil analisisnya, maka karangan ini sudah cukup baik dari segi kalimatnya. Baik penggunaan tanda bacanya, keefektifan kalimatnya juga sudah bagus dalam tingkatan SMP.

No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
9.
Yeni Marpida
IX.4
Fonologi
11
Kesalahan dalam pemakaian huruf kapital serta menyingkat kata ulang



Morfologi
2
Salah dalam huruf kapitalnya



Sintaksis
6
Penyusunan kalimatnya tidak efektif

Hasil analisis yang diperoleh dari karangan Yeni Marpida adalah sebagai berikut:
Dari unsur fonologinya
·         MANFAAT, Dengan (ada 2 kata), yanG, pohon xx, tanaman xx, janGan, Dan (ada 4 kata)à kesalahan yang terjadi yaitu kesalahan dalam penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai serta penyingkatan kata-kata ulang. Seharusnya kata- kata yang benar adalah “Manfaat, dengan, yang, pohon-pohon, tanaman-tanaman, jangan, dan.”
Dari unsur morfologinya
·         jaGalah, berGunaà seharusnya huruf yang ditengah kata tidak perlu menggunakan huruf kapital. Seharusnya yang benar adalah “jagalah, berguna.”
Dari segi sintaksisnya
Setelah  dianalisis dari keseluruhan karangan yang ditulis oleh Yeni Marpida, maka ditemukan banyak sekali kesalahan dalam segi sintaksisnya dimana dalam karangan tersebut kita tidak mengerti tujuan ataupun hal apa yang disampaikan kepada pembaca. Penggunaan kalimatnya tidak jelas karena hubungan antar kalimat tidak ada, penggunaan tanda baca (koma) yang sangat banyak, penggunaan kata sambung “dan” yang sangat banyak, kata-katanya berulang-ulang, serta dalam satu paragraf mempunyai ide pokok yang lebih dari satu.
·         Contoh kalimat yang diambil sebagai penjelas dari pernyataan diatas, misalnya:
Ø  Diambil dari paragraf kedua dimana kalimatnya seperti berikut
“Dan tidak kebanjiran. Hidup kita pun menjadi indah, dan halaman rumah, sekolah menjadi indah dipandang. Dan kebersihan itu sebagian dari iman dan kita harus menjaga kebersihan lingkungan, kebersihan rumah, kebersihan pakaian dll.”
Pembenarannya:
Marilah kita bersama-sama menjaga lingkungan agar tetap bersih sehingga banjirpun tidak akan terjadi dan menjadikan sekeliling kita indah. Baik di rumah maupun di sekolah, harus kita jaga kebersihannya agar indah dipandang mata. Ada  pribahasa yang menyatakan, “ kebersihan merupakan sebahagian dari iman.”
No
Nama
Kelas
Jenis kesalahan
Jumlah kesalahan
Kesimpulan
10.
Raja Maha
IX.5
Fonologi
5
Kesalahan dalam penggunaan kapital



Morfologi
2
Salah dalam penggunaan kalpital serta spasinya



Sintaksis
2
Kalimat yang kurang efektif

Hasi analisis yang diperoleh dari karangan Raja Maha, maka dapat dijabarkan seperti di bawah ini.

Dari segi fonologinya
·         Remaja, Rusak, Rumah, Hal-hal, Untukà kesalahan yang terjadi adalah pada penggunaan huruf kapitalnya yang tidak tepat.seharusnya yang benar adalah “remaja, rusak, rumah, hal-hal, untuk.”
Dari unsur morfologi
·         Penyakit, di pakaià dalam hal ini terjadi kesalahan dalam penggunaan huruf kapital dan juga kesalahan dalam menggunakan spasi. Seharusnya yang benar adalah “penyakit, dipakai.”
Dari segi sintaksisnya
·         Untuk terhubung ke internet kita harus memiliki, komputer laptop dan Hpàdalam kalimat ini masih belum efektif dimana penggunaan tanda bacanya masih belum tepat sehingga pengartiannya masih kurang tepat. Seharusnya kalimat tersebut dapat ditulis seperti “Untuk dapat terhubung ke jaringan internet, kita harus memiliki Komputer, Laptop, Hand phone serta barang elektronik lainnya yang dapat digunakan untuk menggunakan jasa internet tersebut.”

·         Manfaat komputer adalah dapat menambah ilmu pengetahuan, mencari informasi yang kita butuhkan dan juga bisa berdagang di internetà kalimat ini juga masih belum efektif dimana dalam kalimat tersebut dikatakan bahwa kita dapat menambah ilmu pengetahuan dari komputer. Memperoleh ilmu pengetahuan serta informasi lainnya bukan kita dapatkan dari komputer melainkan dari internet tersebut. Kalimat yang lebih benarnya dapat ditulis seperti ini “Internet sangat bermanfaat bagi kita dimana hal tersebut dapat menambah ilmu pengetahuan, mencari informasi yang kita butuhkan, bisa berdagang melalui internet, serta masih banyak hal lagi yang dapat kita lakukan di dalam menggunakan layanan internet.”
·         Bahaya dan Penyakit internet bisa membuat kita lupa diri, mata Rusak, dan lupa akan makan sehingga timbul penyakit maag, dapat mempraktekkan apa yang kita lihat di internetà terjadi kesalahan dalam kalimat ini dimana penyusunan kata-katanya masih belum tepat sehingga masih salah dalam pola kalimatnya. Dari kesalahan tersebut membuat kalimat itu menjadi tidak efektif. Kalimatnya dapat diperbaiki seperti ini “Bahaya maupun penyakit yang dapat terjadi dari penggunaan internet adalah  dapat membuat kita lupa diri seperti: lupa makan karena terlalu asyik main internet sehingga dapat kena penyakit maag, mata dapat rusak karena terlalu lama di depan komputer, serta dapat berdampak negatif akibat penyalahgunaan layanan internet tersebut.”


2.2  Alternatif Strategi  Pembelajaran Remedi
2.2.1. Hakekat Pembelajaran Remedi
Pembelajaran remedi dimaksudkan sebagai suatu proses memperbaiki berbagai kesalahan berbahasa atau proses membantu pembelajar yang mengalami kesulitan dalam memahami berbagai kaidah berbahasa. Pembelajaran ini juga dimaksudkan sebagai proses penyadaran atas berbagai kesalahan yang dilakukan pembelajar untuk kemudian dilakukan berbagai upaya penanggulangan agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terjadi lagi ( Richard, 1987: 244; George, 1972: 79-80; Norrish, 1983: 79; Suratminto, 1996: 4).

2.2.2  Langkah-Langkah Pembelajaran Remedi
Kesalahan-kesalahan berbahasa yang telah dikemukakan pada bab II dapat digunakan sebagai pijakan untuk menentukan langkah-langkah lanjutan  yang harus diambil. Hal penting yang perlu dilakukan adalah menginformasikan berbagai kesalahan tersebut kepada pembelajar agar mereka mengetahui kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan. Langkah ini sangat penting dilakukan agar mereka tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama. Kesalahan terbanyak yang terungkap dalam penelitian ini adalah kalimat yang  tidak efektif karena hanya berupa jajaran kata yang tidak membentuk satu kesatuan arti/informasi. Kesalahan lain yang perlu diketahui pelh mereka adalah pemakaian afiks dan pilihan kata. Dua hal ini sangat penting untuk menyususn kalimat dan paragraf sehingga mereka hendaknya diminta untuk benar-benar memperhatikannya.
Setelah mereka mengetahi kesalahan yang mereka lakukan perlu diupayakan koreksi atas kesalahan-kesalahan tersebut. Koreksi in dapat dilakukan bersama-sama  di dalam kelas, ataupun secara individual dengan mempertimbangkan karakteristik pembelajar dan kesalahan yang mereka lakukan. Teknik pertama dapat dilakukan bila pembelajar dapat saling terbuka menerima kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan dan terbuka menerima koreksi dari pembelajar lain. Keuntungan teknik ini adalah penghematan waktu belajar dan komunikasi antarpembelajar dapat terjalin. selain itu masing-masing pembelajar mengetahui beragamnya kesalahan yang dilakukan pembelajar-pembelajar lain sehingga secara otomatis mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. Proses koreksi itu sendiri, membantu pembelajar untuk belajar kaidah-kaidah berbahasa secara aplikatif. Teknik bimbingan individual memang lebih efektif dari segi pendekatan personal. Pengajar mengatahui benar-benar karakteristik pembelajar dan kesalahan yang dilakukannya sehingga dapat memberikan alternatif pembenarannya secara tepat.  Selain itu, pembelajar tidak meresa malu dengan diketahuinya kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan. Akan tetapi ini memerlukan waktu tersendiri yang lebih banyak dan tidak ada sharing  antarpembelajar.
Langkah  ketiga yang dapat dilakukan adalah memberikan contoh-contoh yang benar atas kesalahan-kesalahan tersebut sehingga pembelajar dapat membandingkan antara bentuk-bentuk yang salah dengan bentuk-bentuk yang benar. Dengan contoh-contoh ini, pembelajar diharapkan untuk “menangkap” pola-pola yang benar sehingga dapat membuat bentuk-bentuk yang benar.

BAB III
PENUTUP


Kesalahan-kesalahan berbahasa Indonesia para pembelajar (BIPA) di SMP NEGERI 2 KUTACANE dari siswa-siswi kelas VIII dan IX telah teridentifikasi. Kesalahan-kesalahan tersebut meliputi:  dari segi fonologi sebanyak 75  kesalahan,  kesalahan dari segi morfologi sebanyak 29, kesalahan dalam sintaksis sebanyak 25 kesalahan. Jadi kesalahan yang paling mencolok terjadi pada pembuatan kalimat yang efektif disusul kesalahan penggunaan huruf kapital, pemakaian afiks, dan tidak lengkapnya fungsi-fungsi dalam kalimat.
Kesalahan-kesalahan tersebut diharapkan dapat tereduksi dengan beberapa langkah pembelajaran remedi yang berupa pemberian informasi tentang kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan pembelajar, koreksi secara berpasangan dan koreksi individual, pemberian contoh-contoh yang benar atas kesalahan-kesalahan yang terjadi, pemberian deretan-deretan morfologis dan kata-kata bersinonim dalam konteks, serta diskusi bersama pembelajar tentang penyebab kesalahan berbahasa yang mereka lakukan.
Kesimpulan
Hasil analisis yang diperoleh dari sepuluh (10) karangan siswa-siswi SMP Negeri 2 Kutacane, telah ditemukan beberapa kesalahan secara keseluruhan dari segi fonologi sebanyak 75 kesalahan, dari tataran morfologinya sebanyak 29 kesalahan, sedangkan dari tataran sintaksisnya sebanyak 25 kesalahan.
Dari jenis kesalahan yang telah dilakukan oleh siswa/ pembelajar bahasa indonesia dari segi mengarang yang disebutkan diatas, sehingga dapat dijadikan sebagai materi untuk perbaikan/ remedi terhadap siswa oleh guru yang  bersangkutan sehingga kesalahan-kesalahan seperti itu tidak terulang kembali serta siswa-siswi semakin paham dengan tata bahasa dalam bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Dardjowidjodjo, Soenjono. 1995. “Masalah dalam Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing di Indonesia”. Kongres Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing , 28-30 Agustus 1995 di Universitas Indonesia, Jakarta.
George, H.V. 1972. Common Errors in Language Learning ; Insight From English. Massachusetts : Newbury House Publisher.
Lightbown, Patsy M dan Nina Spada. 1999. How Languages Are Learned (Revised Edition). Oxford : Oxford University Press

Nimmanupap, Sumalee. 1998. “Pengajaran Bahasa Indonesia untuk pembelajar Asing di Thailand”, Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26-30 Oktober 1998.

Norissh, John. 1983. Language Learners and Theirs Errors. London : The Macmillan Press.
O’Grady, William dan Michael Dobrovolsky. 1989. Contemporary Linguistics : An Introduction. New York : St. Martin’s Press.
Rivai, S. Faizah Soenoto. 1998. “Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Pembelajar Asing di Italia” Makalah Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26-30 Oktober 1998.

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.
Wojowasito, 1977, Pengajaran Bahasa Kedua (Bahasa Asing, Bukan Bahasa  Ibu), Bandung: Shinta Dharma.

______________________. 1989. Pengajaran Remedi Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud.


Catatan : Hasil Karangan Siswa Yang Dijadikan Sampel, Tidak Saya Lampirkan. (semoga materi ini dapat bermanfaat bagi anda.)


2 komentar:

Anonim mengatakan...

terima kasih bro..
berkat ente tugas ane selesai...
mampir juga yah....
http://setiobekti27.wordpress.com/biologi/

Unknown mengatakan...

sama-sama. saya turut senang dapat membantu anda.