Laman

Jumat, 23 November 2012

Sulitkah Berbahasa Indonesia Itu?


JATI DIRI BAHASA INDONESIA PADA ERA GLOBALISASI

Dalam rangka memasuki era globalisasi, bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu kondisi yang sangat dilematis, khususnya dari aspek kebahasaan. Pada masa tersebut penggunaan bahasa asing sebagai alat komunikasi, terutama dalam ranah ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern merupakan suatu keharusan. Disisi lain, kita justru sedang berusaha menggalakkan bahasa Indonesia yang baik dan benar diseluruh tanah air. sementara itu, sastra yang memanfaatkan bahasa sebagai medianya juga memasuki kehidupan global. Karya sastra asing tidak mungkin ditapis kehadirannya, khususnya dikalangan generasi muda.
Pada saat ini, jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan oleh setiap warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dan budaya asing yang jelas-jelas tidak sesuai dan bahkan tidak cocok dengan budaya Indonesia.pengaruh dari luar atau pengaruh asing ini sangat besar kemungkinannya terjadi pada era globalisasi ini.setiap warga negara Indonesia, sebagai warga masyarakat, pada dasarnya adalah pembina bahasa Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena tujuan utamanya ialah menumbuhkan dan membina sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Untuk menyatakan sikap positif ini dapat dilakukan dengan  sikap kesetiaan berbahasa Indonesia dan sikap kebanggaan berbahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia, sebagai pemakai bahasa Indonesia, seharusnya bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa Indonesia, mereka bisa menyampaikan perasaan dan pikirannya dengan sempurna dan lengkap kepada orang lain. Namun, berbagai kenyataan yang terjadi tidaklah demikian. Rasa bangga berbahasa Indonesia belum lagi tertanam pada setiap orang Indonesia, rasa menghargai bahasa asing (dahulu bahasa Belanda, sekarang bahasa Inggris) masih terus menampak pada sebagian besar bangsa Indonesia. Mereka menganggap bahwa bahasa asing lebih tinggi derajatnya daripada bahasa Indonesia. Bahkan mereka seolah tidak mau tahu perkembangan bahasa Indonesia.
Fenomena negatif yang masih terjadi ditengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut. (a) banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa Inggris, walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik. (b) banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia. (c) banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik. (d) banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahasa Indonesianya kurang sempurna.
Seringkali kita merasa geli dan  ingin tertawa ketika mendengar pertanyaan seperti “sulitkah berbahasa Indonesia itu dengan baik?” ditujukan kepada kita selaku masyarakat indonesia.
Didalam hati kita bergumam,” orang ini bertanya apa sih?, dia sadar nggak sih bertanya seperti itu? “mungkin seperti itulah yang tersirat dalam benak kita walaupun tidak kita ucapkan langsung seperti itu. Tapi, pantaskah kita melontarkan kalimat seperti itu walau dalam hati?
Ini semua kembali kepada individu yang menjawabnya, karena semua orang punya persepsi yang berbeda. Namun yang jelas, kita sudah menggunakan bahasa Indonesia walaupun pada dasarnya masih banyak kata maupun kalimat yang kita ucapkan salah penggunaannya ataupun pengertiannya. Sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwa berbahasa Indonesia itu sulit. Mengapa? Tentunya karena kesalahan-kesalahan yang masih banyak terjadi. Namun kesulitan itu tidak berarti sama sekali jika kita tidak memeliharanya. Kata sulit itu hanya berkembang apabila kita betah tinggal didalamnya.
Pada saat ini, kita masyarakat Indonesia khususnya pelajar, tidak lagi perduli akan ilmu tentang kebahasaan. Seolah-olah yang kita butuhkan sekarang ini hanyalah ilmu pengetahuan yang berbau tekhnologi.
Misalnya kita ambil seratus orang dari siswa/i tingkat SMU sebagai sampel, kemudian kita beri pertanyaan, “Mata pelajaran apa yang sulit disekolah?” maka kita akan memperoleh jawaban yang berbeda dari siswa satu dengan yang lain. Tetapi, alangkah terkejutnya ketika kita mengetahui tidak seberapa siswa yang memilih mata pelajaran bahasa Indonesia masuk kedalam kategori “ sulit”. Dari contoh diatas tadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa ilmu tentang Bahasa Indonesia jika diurutkan maka akan menduduki posisi terakhir pada mata pelaran yang dianggap sulit. Hal ini tidak dapat kita pandang sebelah mata. Kita harus benar-benar mengerti kenapa masalah seperti ini bisa terjadi dan apa penyebab dari semua ini. Ada pepatah mengatakan “ tak akan ada asap jika tak ada api ”. inilah kalimat yang cocok untuk mewakili permasalahan ini.
 Apakah  hal itu terjadi karena kita terlalu sepele dalam bidang tersebut? Kita tidak tahu pasti.  
Kita sebagai masyarakat Indonesia tentu tidak mau kehilangan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia yang terbentuk dengan sangat rumitnya. Tetapi apakah dengan ketakutan tersebut membuat kita sadar akan ilmu kebahasaan itu sendiri? Ternyata tidak.
Sungguh sangat disesalkan jika kita mendengar celoteh dari para pelajar bahwa “Pelajaran bahasa Indonesia itu tidak terlalu penting, toh sehari-hari juga kita sudah berbahasa Indonesia disekolah maupun diluar sekolah. Jadi, tidak perlu lagi dipelajari disekolah. Hal ini hanya membuangt-buang waktu saja.”
Selama ini masyarakat menganggap bahwa bahasa Indonesia yang digunakan itu sudah benar sesuai dengan hakikatnya. Ternyata setelah kita belajar bahasa tersebut, kita baru tahu betapa selama ini kita salah besar dalam pengucapan maupun penggunaannya.
Saya ambil contoh yang paling mudah untuk membenarkan pernyataan diatas sehingga kita benar-benar sadar akan kekeliruan kita selama ini. Kalimat “ Saya ingin memasak nasi”, jika dibaca sekilas mungkin tidak ada yang salah dan memang pada dasarnya itulah yang sering diucapkan. Jadi tidak heran jikalau kita tidak menghiraukannya. Tetapi apakah kalimat tersebut sudah benar? Jika kita tinjau lebih dalam lagi, maka kita baru tahu letak kesalahannya dimana.
 “Memasak nasi“ dalam arti sehari-hari itu sah-sah saja. Namun jika diartikan pada aturannya yang sesungguhnya itu salah besar. Kata “Nasi” disini berarti sudah mengalami proses yaitu dimasak. Jadi buat apalagi kita memasak yang sudah masak? Seandainya nasi dimasak, sudah pasti akan menjadi bubur. Itu baru satu contoh dari sekian banyak  kesalahan dalam berbahasa sehari-hari.
            Disamping itu, disiplin berbahasa nasional juga menunjukkan rasa cinta kepada bahasa, tanah air, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga negara Indonesia mesti bangga mempunyai bahasa Indonesia dan lalu menggunakannya dengan baik dan benar. Rasa kebanggaan ini pulalah yang dapat menimbulkan rasa Nasionalisme dan rasa cinta tanah air yang mendalam. Setiap warga negara yang baik mesti malu apabila tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sikap pemakai bahasa Indonesia demikian ini merupakan sikap yang positif, baik, dan terpuji. Sebaliknya, apabila yang muncul adalah sikap yang negatif, tidak baik, dan tidak terpuji, akan berdampak pada pemakaian bahasa Indonesia yang kurang terbina  dengan baik. Mereka menggunakan bahasa Indonesia “asal orang mengerti”.muncullah pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa prokem, bahasa plesetan, dan bahasa jenis lain yang tidak mendukung perkembangan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Mereka tidak lagi memperdulikan pembinaan bahasa Indonesia. Padahal, pemakai bahasa Indonesia mengenal ungkapan “Bahasa menunjukkan Bangsa”, yang membawa pengertian bahwa bahasa yang digunakan akan menunjukkan jalan pemikiran si pemakai bahasa itu. apabila pemakai bahasa kurang berdisiplin dalam berbahasa, berarti pemakai bahasa itu pun kurang berdisiplin dalam berpikir. Akibat lebih lanjut bisa diduga bahwa sikap pemakai bahasa itu dalam kehidupan sehari-hari pun akan kurang berdisiplin. Padahal, kedisiplinan itu sangat diperlukan pada era globalisasi ini. Lebih jauh, apabila bangsa Indonesia tidak berdisiplin dalam segala segi kehidupan akan mengakibatkan kekacauan cara berpikir dan tata kehidupan bangsa Indonesia. Apabila hal ini terjadi, kemajuan bangsa Indonesia pasti terhambat dan akan kalah bersaing dengan bangsa lain.
Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Jati diri bahasa Indonesia memperlihatkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang sederhana, Tatabahasanya mempunyai sistem sederhana, mudah dipelajari, dan tidak rumit.
Melihat kondisi pemakai bahasa Indonesia sekarang, sepertinya cape deh harus menggunakan bahasa yang berkelit dan selalu berpedoman kepada yang baik dan benar.
“ Yang penting apa yang ingin kita sampaikan orang mengerti dan paham. Mau pake bahasa campur aduk kek, saya mau pake bahasa Indonesia campur bahasa Inggris kek, campur lagi dengan bahasa daerah kek, toh yang baca juga paham. Cape deh…! Please dong jangan diperbesar masalah-masalah kecil kayak gini!”
Benar dan pantaskah bila kita sebagai pemilik bahasa Indonesia berasumsi demikian? Masyarakat Indonesia pada umumnya Dwibahasawan. Akan tetapi, bukan berarti kita bisa seenaknya mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain tanpa mengindahkan aturan dan kaidah yang ada.
Kenyataan-kenyataan tersebut merupakan sikap pemakai bahasa Indonesia yang negatif dan tidak baik. hal itu akan berdampak negatif pula pada perkembangan bahasa Indonesia. Sebagian pemakai bahasa Indonesia menjadi pesimis, menganggap rendah, dan tidak percaya kemampuan bahasa Indonesia dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan lengkap, jelas, dan sempurna. banyak orang Indonesia lebih suka menggunakan kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan asing. Padahal itu semua sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, bahkan sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia. Misalnya : page (halaman), background (latar belakang), reality (kenyataan), alternatif (kemungkinan), airport (bandara) dan lain-lain.
 Bersikap positiflah terhadap bahasa Indonesia, karena bahasa yang kita gunakan menunjukkan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia.  Jepang dan Prancis adalah contoh negara yang sangat taat dan menghargai bahasanya sendiri.
Pernahkah kita berpikir bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa peradaban dunia?
Bukan hal yang mustahil bahasa Indonesia esok akan menjadi bahasa peradaban dunia, bahasa yang digunakan sebagai bahasa Internasional.dilihat dari struktur dan pembacaan bahasa Indonesia yang sangat sederhana, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak sulit untuk dipelajari. Suatu bukti yang meyakinkan bila esok bahasa Indonesia akan menjadi bahasa peradaban dunia, lebih dari empat puluh (40) negara di dunia telah mempelajari dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai satu diantara mata pelajaran di sekolah mereka. Misalnya negara Australia, Belanda, Amerika, Portugal, Cina, Jerman, Jepang, Korea Selatan, dan lain sebagainya.
Kita sebagai pemilik bahasa Indonesia harus bangga karena bahasa kita dipelajari bangsa lain. Mengapa kita harus belajar bahasa asing? Bila bahasa kita kelak mampu menjadi bahasa Internasional dan bahasa peradaban dunia? Jawaban dari pertanyaan tersebut ada pada diri kita sebagai pemilik dan pengguna bahasa Indonesia. Kita harus konsisten dan bersikap positif terhadap bahasa Indonesia.
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan teratur kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, jati bahasa indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia yang perlu terus dipetahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan alat komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan manpu menyampaikan pikiran yang lengkap. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus terus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dari jati diri yang ada antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila kebanggan berbahasa indonesia akan mati dan ditinggalkan pemakainya karena adanya kekacuan dalam pengungkapan pemikiran. Akibatnya bangsa indonesia akan kehilangan salah satu jati dirinya. Kalau sudah demikian, bangsa indonesia “akan ditelan” oleh bangsa lain yang selalu melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan menggunakan bahasa yang teratur dan berdisiplin tinggi. Sudah barang tentu, hal seperti ini harus dapat dihindari pada era globalisasi ini. Apalagi keadaan seperti ini merupakan keinginan bangsa indonesia.


                                                                                                            Oleh : Pantri sater
                                                                                                          

Tidak ada komentar: